MILANGKALA DESA SEBAGAI UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA SUNDA PADA MASYARAKAT DESA PANULISAN DI DAERAH PERBATASAN JAWA BARAT – JAWA TENGAH

Authors

  • Een Nuraeny SMA Negeri 1 Sidareja
  • Kuntoro Kuntoro Universitas Muhammadiyah Purwokerto

DOI:

https://doi.org/10.59613/jomss.v1i1.80

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pemertahanan bahasa Sunda pada masyarakat Desa Panulisan, Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Bahasa tidak dapat dilepaskan dari penuturnya. Hal ini menarik penulis karena Desa Panulisan merupakan sebuah desa yang secara geografis dan etnografis berada di wilayah Jawa Tengah Masyarakat di perbatasan Jawa Barat – Jawa Tengah tepatnya di Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap mengalami kegalauan sejak terbitnya Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor 430/9525 Tahun 2014 dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2021. Masyarakat Dayeuhluhur khususnya para siswa dan pendidik mengalami permasalahan terkait dengan penghapusan pembelajaran bahasa Sunda sebagai muatan lokal. Mereka mengalami masalah yang cukup serius dengan adanya perubahan kurikulum yang mewajibkan bahasa Jawa sebagai muatan lokal. Hampir semua warga di kecamatan Dayeuhluhur menggunakan bahasa Sunda dalam berbagai konteks kehidupan. Keberadaan bahasa Sunda di suatu wilayah perbatasan yang berbeda secara administrasi politik seperti di kecamatan Dayeuhluhur nyaris mati atau justru dimatikan. Pembelajaran mulok bahasa Jawa juga tidak begitu efektif karena keterbatasan kemampuan peserta didik dan mayoritas pendidik yang menggunakan bahasa Sunda. Salah satu upaya yang dikembangkan di suatu desa di kecamatan Dayeuhluhur yaitu Desa Panulisan. Jika secara akademis tidak bisa ditumbuhkembangkan maka ada salah satu upaya yang dilakukan yaitu berupa milangkala desa. Hal ini terlihat dalam upaya pemertahanan bahasa pada hari jadi desa tersebut dengan menggunakan istilah dan budaya sunda yaitu “Milangkala Desa Panulisan” denganmengambil tema pada tiap tahunnya dengan tema “Digjaya Boga Wibawa” dan “Panulisan Pasundan Nu ti Wetan “. Berada di tengah-tengah masyarakat yang mayoritasnya pengguna bahasa Jawa membuat masyarakat Desa Panulisan memiliki tantangan sendiri dalam mempertahankan bahasa Sunda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan kajian antropolinguistik. Berdasarkan hasil penelitian seluruh (100%) responden masyarakat Desa Panulisan mengatakan bahwa mereka akan tetap menjaga dan bangga terhadap bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi yaitu bahasa Sunda .Namun responden khawatir jika bahasa Sunda tidak lagi diajarakan secara formal di lembaga pendidikan. Milangkala merupakan salah satu bukti bahwa masyarakat Desa Panulisan akan mempertahankan bahasa dan kebudayaannya sebagai wujud dan jati diri asal usul dari mana mereka berasal dan merupakan kebudayaan yang harus mereka lestarikan

Downloads

Published

2023-12-20